Asked by Roberta Wild, LincolnWe’ve always been fascinated by the idea of creating autonomous machines that resemble us, and if they need to interact closely with us, we prefer them to look robots such as Honda’s ASIMO, Boston Dynamics’ Atlas, and the childlike iCub built by the Italian Institute of Technology are amazing demonstrations of our technology, but they still have a long way to go – and when they look nearly human but not quite, they end up looking seriously freaky to we should just let robots be the shape they need to be, in order to best carry out their moreWhat’s the biggest robot in the world?Could a computer conduct an orchestra?
Secaraumum robot dapat didefinisikan sebagai sebuah piranti mekanik yang mampu melakukan pekerjaan manusia atau berperilaku seperti manusia (McComb, 2001). dan masukkan kabel “+” dan “-“ seperti tampak pada skematik catu daya berikut ini (gambar 5.45). Proses pembuatan robot yang terperinci dan jelas dan juga komponen-komponenCreative Machines Lab/Columbia Engineering Eva, robot yang bisa membalas senyum dengan membaca ekspresi manusia. - Semenjak kemunculannya, kecerdasan buatan AI memiliki keterbatasan sehingga membuat para ilmuwan mencoba mengembangkannya. Misalnya dalam pengembangan terbaru, terdapat robot yang dapat melukis, dan menjadi bahan diskusi para ilmuwan terkait hubungan mereka dengan kita, manusia. Para ilmuwan kemudian mencoba mengembangkan penampilan wajah robot agar tidak kosong ketika manusia memberikan ekspresi di hadapannya. Pengembangan ini dilaporkan dalam dua makalah mereka di jurnal HardwareX April 2021, dan ArXiv 26 Mei. Tujuannya, dalam rilis Columbia University, supaya dapat membangun kepercayaan dalam interaksi manusia dengan robot. Kebutuhan ini diperlukan agar ada responsif dan realistis ketika mereka akan digunakan untuk membantu manusia. "Orang-orang sepertinya memanusiakan robot dengan memberi mereka mata, identitas, atau nama," kata Hod Lipson, anggota proyek itu dari Department of Mechanical Engineering, Columbia University. "Ini membuat kami bertanya-tanya, jika mata dan pakaian berfungsi, mengapa tidak membuat robot yang memiliki wajah manusia super ekspresif dan responsif?" Robot ini bernama Eva yang memiliki wajah lembut dan ekspresif yang sesuai dengan ekspresi manusia di sekitarnya. Emosi yang dapat dibuat olehnya adalah marah, jijik, takut, gembira, sedih, terkejut, dan beberapa emosi yang bisa dibuat oleh otot buatan. Otot pada wajahnya sendiri terdiri dari kabel dan mesin yang bisa menarik pada titik-titik tertentu di wajahnya. Baca Juga Para Ilmuwan Ini Kembangkan Kecerdasan Buatan untuk Memahami Alzheimer Creative Machines Lab/Columbia Engineering Enam ekspresi yang berhasil dibuat oleh Eva yang terekam para ilmuwan. "Tantangan terbesar dalam menciptakan Eva yakni merancang sistem yang cukup kompak untuk sesuai pada batas-batas tengkorak manusia yanng sementara masih cukup fungsional menghasilkan berbagai ekspresi," jelas Zanwar Faraj pemimpin proyek Eva. Bagian rumit dari proyek ini, menurut mereka, adalah mengakali tubuh robot yang biasanya terbuat dari logam atau plastik keras. Sehingga bahan itu membuatnya kaku dan tak bisa bergerak seperti manusia. Perangkat keras robotik sebelumnya bersifat kasar dan sulit untuk dikerjakan, karena memiliki sirkuit, sensor, dan mesin yanng berat, boros daya, dan ukurannya yang besar. Maka, para ilmuwan mengandalkan percetakan 3D untuk membuat alat dengan bentuk yang detail agar efisien dengan struktur kepala Eva. Kemudian bagian otot-otit itu dilatih untuk menyesuaikan emosi. Baca Juga Ai-Da, Robot Kecerdasan Buatan yang Dapat Melukis Dirinya Sendiri Selanjutnya, Eva dikembangkan mengenai teknis AI-nya untuk bisa bergerak sendiri dengan meniru ekspresi wajah manusia di sekitarnya. Fase pengembangan perangkat lunak poyek itu menggunakan jaringan saraf Deep Learning pada komponen otak Eva. Otak robot itu harus bisa menggunakan sistem mekaniknya yang kompleks, dan mengetahui ekspresi mana yang harus dibuat dengan membaca wajah manusia. "Robot saling terkait dalam kehidupan kita dalam berbagai cara, jadi membangun kepercayaan antara manusia dan mesin semakin penting," ujar Boyuan Chen, pengembang perangkat lunak Eva, dikutip dari Eurekalert. Baca Juga Ilmuwan Kembangkan AI yang Dapat Menerjemahkan Isi Otak Menjadi Teks NEW ATLAS EVA adalah proyek kecerdasan buatan yang diharapkan dapat membantu berkomunikasi dengan manusia lewat kemampuannya membentuk ekspresi. Selain melihat wajah manusia, Eva juga belajar mengenai ekspresinya dengan melihat rekaman video wajahnya sendiri. Hasilnya, ia mampu membaca, dan meniru gerakan wajah manusia maupun dirinya sendiri, dan merespons. Dalam laporannya, para peneliti mengakui bahwa Eva masih terbatas. Rencananya akan dikembangkan lebih lanjut untuk bisa memahami isyarat yang dari ekspresi wajah. Sehingga, robot seperti Eva diharapkan dapat mampu merespon berbagai macam bahasa tubuh manusia yang akan berguna di tempat kerja, rumah sakit, sekolah, bahkan rumah, tulis mereka. Baca Juga Robot Mikroskopis Ini Dirancang untuk Mengurai Mikroplastik di Lautan PROMOTED CONTENT Video Pilihan
Robotsendiri, menurut Karel Capek, bukanlah pengertian "robot" yang seperti kita kenal sekarang ini. Robot menurut dia adalah sesuatu yang mengarah kepada "monoton", dan "pekerja". Kulit Actroid terbuat dari silicon dan tampak menyerupai kulit manusia asli. Sebanyak 47 sensor penggerak dipasangkan di bagian tubuh atas Actroid sehingga Roboticists often take their design cues from nature—humans in particular. Robots working on assembly lines or as surgeons feature long arms designed to manipulate tools, whether it’s a welding gun or laser scalpel. Other robots, designed as telepresence surrogates for remote office workers or aids for the elderly and disabled, come equipped with head-mounted cameras for eyes and wheels for upright motion to mimic human locomotion. It’s tempting to think today’s robots are crude imitations of their human masters only because we lack the technology to make them more humanoid. Recent research, however, suggests some people actually prefer certain robots to look like, well, robots. The determining factor is largely the job the robot was built to perform. The Georgia Institute of Technology study confirmed that people tend to have an adverse reaction to robots whose appearance is close to—but not quite—human. This phenomenon is known as the “uncanny valley,” referring to the drop in comfort people feel when exposed to robots that try to accurately mimic humans but instead come across as creepy. The Georgia Tech researchers’ main goal was to compare perceptions of robot faces that varied in terms of human likeness. To do this the researchers showed 64 people—half between the ages 65 to 75 and the rest 18 to 23—photographs of robots, humans, and mash-ups of robot and human faces. Most older adults preferred a human appearance, with the mash-up being least popular. Younger adults’ preferences were more distributed across the three categories. For both age groups, appearance preferences depended on the robotic duty. “Robots are functional entities and therefore it is important to assess reactions to human-looking robots in the context of the task,” says Akanksha Prakash, the Georgia Tech School of Psychology graduate student who led the study. Participants preferred a robotic face on machines that help with chores. But for decision-making tasks—such as investment advice—the younger adults in particular wanted a humanoid appearance, which they perceived as more intelligent, smarter or wiser than the other options. There was less of a consensus for robots designed to perform personal care tasks such as bathing. Those who chose a human face did so because they associated the robot with human care—such as nursing—and trustworthy traits. Many others didn't want anything looking like a human to bathe them because of the private nature of the task, according to the researchers. In social tasks—playing a game or conversing—both age groups preferred a humanoid face. In general, people either prefer a highly robotic or a highly humanoid appearance for their robot. “People who prefer a human-looking robot find the appearance—and hence the robot—more familiar and easy to relate with,” Prakash says. “They also believe that such a robot would be technologically more advanced and functionally more capable—at least as capable as humans are.” Those who prefer robots to have a metallic sheen likewise have their reasons. “They want a technology”—in this case, a robot—“to be distinguishable from a human being,” Prakash says. “The closer the robot’s face resembles a human’s, the stronger the tendency to ascribe humanlike strengths and weaknesses [such as deceit] onto the robot.” Prakash acknowledges that further research is needed to understand which robot characteristics stimulate empathy and which dip into the uncanny valley. Would a robot that can closely mimic a human gait and other movements create the same sense of revulsion as a humanoid robot whose face can’t quite form a realistic smile? The researchers also point out that multipurpose robots pose design challenges and suggest that some sort of customizable appearance might be the best THE AUTHORSLarry Greenemeier is the associate editor of technology for Scientific American, covering a variety of tech-related topics, including biotech, computers, military tech, nanotech and robots. Follow Larry Greenemeier on Twitter Credit Nick Higgins Ya sebenarnya robot yang sudah di inject kode pintar dengan konsep artificial intelligence bukan hal baru. Tetapi, orang lebih mengenal “Sophia” sebagai robot humanoid (jenis robot yang menyerupai manusia) dengan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang sudah mendapatkan kewarganegaraan di Saudi Arabia yang sempat membuat heboh dunia. Jakarta - Robot berwujud manusia hidup makin populer di dunia nyata. Salah satu robot manusia terbaru yang diciptakan para ilmuwan ahli robot, bernama Nikola, berwujud bocah dan sangat mirip dengan dari RIKEN Guardian Robot Project di Jepang, mengembangkan robot anak bernama Nikola, yang dapat menyampaikan enam emosi dasar manusia dengan Android ini memiliki "otot" yang bergerak di wajahnya yang memungkinkannya menyampaikan emosi bahagia, sedih, takut, marah, terkejut, dan jijik. Sementara ini, Nikola hanya terdiri dari bagian kepala, belum punya bagian tubuh lainnya. Pengembangnya berharap robot ini bisa memiliki berbagai kegunaan dalam waktu dekat."Android yang dapat berkomunikasi secara emosional dengan kita akan berguna dalam berbagai situasi kehidupan nyata, seperti merawat orang tua, dan dapat meningkatkan kesejahteraan manusia," kata Wataru Sato, yang memimpin tim peneliti, seperti dikutip dari Daily wajah Nikola tertanam 29 aktuator pneumatik yang mengontrol pergerakan otot buatan dengan enam aktuator, selanjutnya digunakan untuk mengontrol gerakan kepala dan bola mata. Aktuator ini dikendalikan oleh tekanan udara, yang menurut tim menghasilkan gerakan yang menggunakan sistem pengkodean yang disebut Facial Action Coding System FACS, tim peneliti dapat mengontrol gerakan halus seperti mengangkat pipi dan mengerutkan bibir, yang memungkinkan mereka menyampaikan enam jenis menguji ekspresi wajah ini, para peneliti menunjukkan Nikola kepada sekelompok peserta sambil menampilkan enam ekspresi wajahnya. Mereka menemukan bahwa para peserta dapat mengenali enam emosi - meskipun dengan akurasi yang berbeda-beda."Kulit silikon Nikola kurang elastis dibandingkan kulit manusia asli dan tidak dapat membentuk kerutan dengan baik. Jadi, emosi seperti jijik lebih sulit untuk diidentifikasi karena unit tindakan untuk kerutan hidung tidak dapat dimasukkan," para peneliti tim juga menemukan bahwa kecepatan emosi yang berbeda memiliki efek pada seberapa realistis mereka. Misalnya, kecepatan paling alami untuk ekspresi sedih lebih lambat daripada jangka pendek, para peneliti percaya bahwa Nikola dapat memiliki berbagai aplikasi baik dalam psikologi sosial maupun ilmu saraf. Di masa depan, Nikola bisa digunakan untuk bermacam pengaplikasian di dunia nyata, setidaknya ketika ia sudah mendapatkan bagian tubuh."Karena Nikola masih belum punya tubuh, tujuan akhir proyek robot ini adalah untuk membangun sebuah perangkat Android yang dapat membantu orang, terutama mereka yang hidup sendiri, yang membutuhkan kehadiran fisik," tutup para peneliti. Simak Video "Makin Mirip Manusia, Kini Robot Bisa Berkeringat dan Bernapas" [GambasVideo 20detik] rns/rns Kebangsaandan Peradaban Dunia. 1. Pendidikan Karakter Bangsa. Tersirat dalam UU RI No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan Nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan di Indonesia pasal 3 UU Sikdiknas menyebutkan “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan danSistem kami menemukan 25 jawaban utk pertanyaan TTS robot yang tampak dan berperilaku seperti manusia. Kami mengumpulkan soal dan jawaban dari TTS Teka Teki Silang populer yang biasa muncul di koran Kompas, Jawa Pos, koran Tempo, dll. Kami memiliki database lebih dari 122 ribu. Masukkan juga jumlah kata dan atau huruf yang sudah diketahui untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Gunakan tanda tanya ? untuk huruf yang tidak diketahui. Contoh J?W?B